Sepanjang jalan Youngmin hanya
memakai headsetnya dan asik sendiri di kursi belakang. Sementara Kimei
mengambil buku tentang “Love in Attic” dari
tasnya dan mulai membaca buku itu. Buku itu selalu menginspirasikan Kimei
tentang perjalan cinta dua sejoli yang penuh dengan percobaan. Kimei membaca
buku itu dengan perhatian penuh, sampai-sampai air matanya terjatuh. “Hei!
Apa-apaan menangis? Kamu rindu orang
tuamu ya! Manja! Aku saja sering ditinggal tidak pernah menangis!” sahut
Youngmin dari belakang sambil menendang kursi Kimei di depan. “Apa? Aku tidak
menangis! Mataku kelilipan! Lihat! Novel ini tulisannya kecil jadi mataku
perih!” jawab Kimei dengan nada yang seolah-olah menutup-nutupi sesuatu. “Tidak
usah beralasan anak kecil!”. Kimei hanya diam dan menarik nafas
sedalam-dalamnya dan menghebuskannya secara pelan-pelan.
Akhirnya mereka sampai di gedung
Starship Entertainment. Gedungnya besar. Kimei tidak pernah pergi ke gedung
sebesar itu. Baru saja melangkah dari mobil, Kimei langsung dilempar tas ransel
Youngmin. “Nih.. tolong bawakan tas ini untukku. Jangan dibuka kalau tidak aku
suruh. Mengerti?”. “Iya tuan”. “Bagus”. Mereka berjalan menuju practise room
Boyfriend. Tidak disangka-sangka di ruangan itu ada K.Will, Sistar, dan anggota
Boyfriend lainnya termasuk Kwangmin yang sudah sampai duluan. “Youngminnieee!!”
sahut suara dari ujung. Itu Bora! Sesampainya Youngmin di ruangan itu, Bora
langsung memeluk Youngmin. Betul! Ini
bukti keduaku tentang penyelidikan hubungan Bora dan Youngmin. Aduh, kenapa
mata ini berair! Bodoh! Kenapa aku menangis! Anehh! Mungkin ini gara-gara aku
terlalu membaca buku dengan serius.Youngmin sejenak menoleh kebelakang
bermaksud meminta minum. Tapi dia melihat Kim seperti ingin menangis lalu
menanyakan sesuatu pada Kim. “Kamu kenapa? Kamu terhipnotis dengan buku bodoh
itu lagi?”. “Hahah iya.. habisnya ceritanya sungguh mengharukan!” kata Kim
setengah tersenyum sambil mengusap airmatanya sendiri. “Yasudahlah, berhenti
membaca buku itu. Kalau kamu menangis mukamu jelek!” jawab Youngmin dan
langsung pergi dari hadapan Kimei. Hati Kimei berasa seperti sejuk. Entah apa
yang membuat dia tiba-tiba ingin senyum dan tertawa. Kata-kata itu....”Kalau kamu menangis mukamu jelek!”.. sanggup membuat
aku merasa... aku tidak bisa menjelaskan ini...
Sementara itu Kimei menunggu di lobby.
Ia melanjutkan membaca buku Love in Attic.
Ia memperhatikan kata-kata yang tertulis di setiap lembarnya. Dan pada lembar
yang terakhir adalah akhir dari sebuah kesedihan. Semuanya bahagia, pasangan
yang ada didalam novel itu hidup bahagia selamanya. Memang novel itu seperti
dongeng, dan tidak salah untuk mempercayai dongeng. Itu adalah prinsip Kimei. Dan... aku percaya... aku tidak akan
menangis ‘karenanya’ bisiknya dalam hati.
No comments:
Post a Comment